Yang Terbaik (Cerpen)


“No bodys perfect” adalah ungkapan yang paling tepat. Dari semua pacar-pacarku gak ada satupun yang sesuai dengan keinginan dan harapanku akan sosok seorang pacar yang selama ini kuimpikan. Kadang aku berpikir andai saja aku bisa mengambil kebaikan hati si Josh dan menempakkannya pada sosok tampan si Deddy. Mencopot perhatian dan sifat kebapakan franky dan memberikannnya pada Fian yang kaya namun egois, atau mengambil sedikit sikap santai dan jenaka Andi dan menyumbangkannya pada Erwin yang pintar namun sadis. Ah,, mengapa semuanya penuh dengan kekurangan. Bukannya aku menuntut lebih tapi gak ada salahnya doank mencari pasangan hidup yang terbaik.


Pacar pertamaku bernama Mark. Cowo indo-portugis-belanda. Ganteng, lucu, populer dan sangat pintar mengambil hati. Matanya yang coklat kehijauan membuat orang takkkan bisa menolak permintaannya. Bersama dengannya sangat menyenangkan. Seru dan menggetarkan, ehmm. Dimanapun kami berada orang-orang selalu berpaling memandangnya. Ada kebanggaan sekaligus ketakutan. Semua orang menyukainya, dan aku memujanya. Lalu setelah sekian lama dan tak sanggup lagi berpura-pura tak peduli, akhirnya aku meyadari kalau selama ini aku diduakan, atau mungkin juga di tiga bahkan di empatkan. Apapunlah istilahnya yang pasti dia bukan tipe laki-laki setia. Huh…

Aku bertemu Yubert, tipe laki-laki pendiam dan taat beragama. Aku merasa terselamatkan. Menurut orang-orang dia menarik. Bodinya tinggi dan atletis. Pemain drum disebuah gereja. Menurut teman-temanku dia disukai banyak gadis tapi dia tak pernah perduli dan artinya, beruntunglah aku karna aku satu-satunya wanita yang menarik hatinya. Aku percaya perkataan temanku dan menurutku dia tak sepopuler Mark pacar pertamaku jadi aku merasa aman. Lagipula aku suka tipe laki-laki pendiam dan terkesan sulit digapai. Beberapa kali aku diajak nya jalan tapi tempat-tempat yang kami datangi hanya tempat makan, gereja dan tempat kebaktian lainnya. Maaf bukannya aku tak suka laki-laki alim tapi menurutku terlalu berlebihan. Jangankah memegang tanganku, nonton film di bioskop saja menurutnya dosa. Oh Tuhan padahal aku pecinta film.

Henry laki-laki yang dikenalkan Santy teman sekolahku. Seperti cowo lainnya yang membuatku tertarik dia berpostur tinggi. Seorang mahasiswa, sangat aktif di organisasi dan sumpah dia sangat pintar. Aku selalu kagum dengan laki-laki pintar. Seringnya dia menjadi pemimpin di berbagai organisasi membuatku makin mengaguminya dan yang membuatku terharu dia seringkali melakukan hal-hal gila hanya untuk mengekspresikan “how much I love you “ istilahnya. Aku ingat saat aku marah dan meninggalkan dia disuatu pesta tak pernah terbersit dibenakku dia akan berlutut didepanku memohon maaf dan tak perduli kalau begitu banyak pasang mata yang menonton. “Oh.. so sweet”.., aku malu sekaligus terharu . I think its so nice. Berkali-kali aku dibuatnya tersanjung tapi berkali-kali juga aku dibuatnya takut. Dia ternyata tipe laki-laki yang bertempramen buruk. Kalo dia marah apapun yang ada didekatnya pasti hancur tak terkecuali aku. Mengerikan.

Ada lagi si Deon. Dia menyukaiku sejak SMP dan terus saja mengejarku. Tipe laki-laki pantang mundur. dengan segala cara dia membuatku tertarik. Dia memberikan apapun yang aku inginkan. Bahkan mendekati semua keluarga dan teman-temanku hanya untuk mencari tahu apa yang aku suka. Aku suka caranya, menggambarkan betapa aku dibutuhkan dan artinya betapa aku dicintai. Tapi sekali lagi aku salah. Mmmmphh…

Lalu datanglah Matthew, dia sempat membuatku berpikir bahwa dialah laki-laki yang selama ini kucari. Matthew sangat perhatian dan sungguh memahamiku. Dia seperti peramal. Sebelum keluar dari mulutku semuanya telah tersedia. Bersama dengannya seperti berada disurga. Tak pernah ada pertengkaran yang berarti. Dia memperlakukanku bak seorang putri, dan yang paling penting dari semuanya, aku merasa nyaman dan damai bersamanya. Oh indahnya…, tak seperti laki-laki lain yang penuh dengan muslihat dan tipu daya aku meyakini dia benar-benar mencintaiku sehingga kemanapun dia pergi dan berada, apapun yang dia lakukan aku tak pernah mencurigainya. Hanya ada kepercayaan dan itu yang tak pernah kurasakan selama menjalin hubungan dengan laki-laki manapun. Tapi kebahagiaan teryata tak pernah bertahan lama. Orangtuanya tak merestui hubungan kami, dia telah dijodohkan, aku tak bisa terus bersamanya lalu aku pun memilih meninggalkannya, dan kisah putri pun berakhir. Hiks…

Dalam kesedihan tanpa sengaja aku mengenal Ronny. Benar-benar kisah yang bodoh. Awal yang iseng aku mengenalnya, tanpa berpikir panjang kulayani cerita-ceritanya. Tanpa berprasangka aku mulai terbuka padanya.tapi ternyata dia tak membalas dengan hal yang sama. Setelah sekian lama aku akhirnya mengetahui bahwa dia sudah menikah. Oh my God…

Hidupku makin tak jelas. Menyebalkan, karena tak ada satupun yang benar. Lalu aku mulai menganalisa diriku. Apa yang salah? Seperti halnya magnet aku menarik pria-pria jahanam datang mendekatiku, atau seperti kata teman-temanku, aku mungkin terlalu pemilih? And mr right sebenarnya tak pernah ada. Setelah berhari-hari mencoba mengerti apa yang terjadi aku mengambil kesimpulan bahwa aku hanya mencari yang terbaik. Lalu aku mulai bersemangat lagi. Membuka diri untuk Irvan, franky, Josh, Deddy, Fian, Andy, Erwin Lucky, Raka, Jemmy dan lain-lain. Apakah aku wanita murahan? Tentu tidak ! Dengan alasan yang sama aku membenarkan diriku. Mencari yang terbaik. And I think nothing to lose. Aku hanya berteman dan tak lebih. Mengenal dan menyeleksi, siapa tahu ada yang click, tapi ternyata aku belum beruntung, dan “hallo, kemanakah semua laki-laki baik?” Aku kembali berpikiran positif mungkin memang belum waktunya. Kemudian kulanjutkan hidupku dengan harapan yang kian menipis.
Aku mulai merevisi karakter ideal pasanganku. Mengurangi sana-sini, menambah beberapa yang baik dan mempertahankan hal yang dianggap prinsip dan inilah hasilnya. Fisik tak begitu penting, tapi min tinggi badan 170cm, perhatian & tidak kasar (aku mencari calon suami bukan preman), teliti atau tak ceroboh, cool atau gak cerewet (demi Tuhan, aku benci laki-laki yang bermulut besar), konservatif but smart dan mempunyai binatang peliharaan. Mungkin yang terakhir kedengaran agak langka tapi menurutku laki-laki yang mempunyai binatang peliharaan menunjukan kalau dia laki-laki yang bertanggung jawab dan tak hanya memikirkan diri sendiri (mungkin tak 100 % benar karna aku juga mengenal laki-laki yang mempunyai binatang peliharaan tapi narsis & selfis, tapi atleast dia bertanggung jawab). Namun sebenarnya yang kubutuhkan hanyalah laki-laki yang benar-benar mencintaiku. Benar-benar artinya setia. Karena menurutku cinta adalah kesetiaan. Jika seseorang mengatakan cinta tapi tak setia artinya itu semua bohong. Omong kosong ! Karena cinta bukanlah penghianatan dalam bentuk dan alasan apapun. Aku sangat keras dengan hal ini dan mungkin itulah yang membuatku takkan bisa menemukan pasangan hidupku karena kenyataannya laki-laki setia telah musnah tertelan zaman, bahkan mungkin tak pernah ada, hanya hasil karangan dari perempuan-perempuan seperti aku yang terobsesi akan cinta sejati, yang sesungguhnya hanya dongeng pengantar tidur belaka? Mungkin saja… , namun aku tak ingin putus asa. Tak ada ruginya terus menanti. Yah walaupun keluargaku terus saja mendesak agar aku segera menikah. Kadang memang mengganggu tapi pikiranku yang sok realistis mencoba mengingatkan kalau apa bedanya kesepian sekarang daripada harus memaksakan diri menikah dengan salah satu dari pria-pria yang tak bisa di percaya itu yang pada akhirnya hanya akan menyiksa karena buntut-buntutnya mereka meninggalkanku juga. Ok mungkin bukan sepenuhnya realistis, tapi lebih banyak pemisistis. Apalah judulnya yang pasti aku hanya ingin mencari yang terbaik.

Dengan segenap kekuatan yang kupunya aku mencoba menjalaninya dan demi Tuhan, kuharap ini yang terakhir. Darren tinggi, perhatian & tak kasar, teliti & always carefully, cool, konservatif, smart, dan mempunyai binatang peliharaan. Dia keliatan persis seperti yang kuharapkan. Tapi apakah kemudian dia menjadi yang terbaik? sayangnya tidak. Karena seiring waktu aku mulai mengenal karakter sebenarnya seperti laki-laki pada umumnya dia juga tak setia. Lalu apa aku menyerah ? Tentu saja tidak !

1 komentar:

chintya fu mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Template by - CHINTYA FU | PinkPurple Template